Friday, October 2, 2009



Analisis dan Permasalahan Situ Gintung

Kronologi Jebolnya Tanggul Situ Gintung

Jum'at, 27 Maret 2009 - 10:55 wib

TANGERANG - Hujan deras disertai es dan angin kencang yang melanda Jakarta sejak pukul 16.00 WIB, Kamis 26 Maret, membuat beberapa warga siap sedia.

Menurut beberapa warga, kejadian serupa pernah terjadi tiga tahun lalu. "Makanya sejak sore saya ungsikan seluruh keluarga saya," kata Mulyadi, Warga RT 1/8 Kampung Situ Gintung, saat ditemui di lokasi, Jumat (27/3/2009).

Dia mengatakan, setelah melihat kondisi air di Situ, dia mulai bersiaga sejak awal.

Berikut kronologis peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung yang dihimpun okezone, menurut keterangan warga Kampung Situ, Ibu Erna, Ibu Lina, dan Pak Mulyadi.

Kamis 26 Maret

Pukul 16.00 WIB, hujan deras disertai es dan angin kencang melanda kawasan Jakarta Selatan dan sekitarnya, termasuk wilayah Ciputat dan Cirendeu.
Pukul 23.00 WIB, warga mulai mendengar suara gemuruh dari arah tanggul.
Pukul 24.00 WIB, beberapa warga mulai berbenah dan siaga.

Jumat 27 Maret

Pukul 03.00 WIB, warga mulai mendengar suara gemuruh lebih keras dari sebelumya. Suara berasal dari arah tanggul. Tanggul jebol.
Pukul 03.30 WIB, air sudah menerjang Kampung Situ RT 1/8 Cirendeu, Ciputat, Tangerang, Banten.
Pukul 04.00 WIB, warga mulai mengungsi. Air meninggi.
Pukul 05.00 WIB, Beberapa warga mulai naik ke atap rumah, pertolongan dari warga yang rumahnya tidak terendam.
Pukul 08.00 WIB, empat warga dibawa ke RS Fatmawati.
Pukul 10.00 WIB, Kapolres Tangerang datang meninjau lokasi.(nov)

http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/03/27/1/205207/kronologis-jebolnya-tanggul-situ-gintung

Situ Gintung Jebol, Pemerintah Digugat

Tangerang, Pos Kota – Tanggul penahan Situ Gintung di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (27/3) subuh, jebol. Ratusan juta kubik air tumpah bagaikan banjir bandang menghancurkan dua ratus lebih rumah, menenggelamkan sedikitnya 58 nyawa manusia dan menghanyutkan puluhan mobil serta sepeda motor.

Warga menganggap peristiwa tersebut sebagai musibah yang harus diterima. Namun tak sedikit pula yang menilai bencana ini seharusnya tak perlu terjadi dan mereka siap menggugat pemerintah dan Pemda Kabupaten Tangerang. Pasalnya warga sejak 3 tahun lalu telah mendesak pemda setempat untuk memperbaiki situ tersebut.

“Perbaikan tanggul atau pondasi sekeliling situ yang mengaliri air ke anak Kali Pesanggrahan sudah diminta warga sejak tiga tahun lalu tapi tak pernah ditanggapi serius,” tutur Yadi, warga Poncol, Cirendeu.

Ia pun mendesak pemerintah harus bertanggung jawab terhadap musibah ini. Menurut Yadi, kondisi tanggul Situ Gintung yang dibangun tahun 1923 itu memang sudah mengkhawatirkan dan mendesak untuk diperbaiki. Terutama saluran air di bagian bawah situ yang berperan mengalirkan air dari danau ke anak Kali Pesanggrahan.

“Kondisi tanggul susah sangat mengkhawatirkan karena sejak jaman Belanda belum pernah diperbaiki,” kata Maruf, warga RT 01/08, Kel. Gintung, Ciputat, yang sudah 28 tahun lebih tinggal di pinggir situ.

Saluran air di bawah situ menjadi satu-satunya jalan mengalirkan air ke anak Kali Pesanggrahan jika debit air telah melampaui batas. Maka ketika hujan deras pada Kamis (26/3) melanda kawasan tersebut, danau yang berkapasitas 625 juta M3 itu tak lagi mampu menampungnya. Saluran di bawah situ pun amblas dan tanggul penahan situ setinggi 25 meter jebol.

Warga mengaku heran mengapa pemerintah tak tanggap dengan kondisi tanggul yang sudah dilaporkan itu. Parahnya, kata Ma’ruf, sejak setahun lalu sekeliling situ dibangun jalan setapak untuk jogging dan rekreasi yang diduga membuat tanggul semakin lemah.

“Dulu jika situ meluap, air bisa mengalir ke irigasi warga. Tapi akhir-akhir ini tak bisa lagi. Air hanya bisa keluar lewat satu jalan yaitu gorong-gorong di bagian bawah yang kondisinya sudah tua,” katanya.

Warga di tiga kampung yang terkena terjangan air bah dari Situ Gintung ini yakni Kampung Gunung, Poncol dan Situ Gintung, juga meminta Pemda Kabupaten Tangerang bertanggung jawab atas segala kerugian yang diderita warga.

“Kami siap menuntut Pemda Kabupaten Tangerang agar secepatnya membangun rumah-rumah kami, tentunya setelah tanggul itu diperbaiki,” kata Ny. Intan, warga perumahan Pratama Hill, Cirendeu, Ciputat.

Intan mengaku seluruh perabot rumahnya baik elektronik maupun kendaraan pribadi terendam air. “Untuk mobil mungkin masih bisa melalui asuransi, tapi rumah dan barang-barang lain bagaimana?” imbuhnya.

Slamet Daryoni, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta, mengatakan berbagai bencana yang ada akibat kelalaian manusia. “Alam dieksploitasi sedemikian rupa tanpa memperhatikan lingkungan,”katanya.

Ia menyebut berubahnya fungsi lahan hijau untuk bisnis dan permukiman mewah menyebabkan bencana di mana-mana. “Kita juga melihat betapa hutan di hulu sungai dibabat untuk pemukiman. Akibatnya ya banjir di mana-mana. Sudah saatnya, pemerintah mengatur masalah tersebut,”tandasnya.

86 TAHUN BELUM PERNAH DIRENOVASI

Walikota Tangerang Selatan HM Shaleh yang ditemui di lokasi musibah menuturkan seputaran situ yang memiliki luas 21,4 hektar sejak tahun 2008 telah ditinggikan dan ditanami pohon oleh pemerintah pusat dengan memanfaatkan dana pencegahan banjir. Dananya mencapai Rp125 miliar untuk seluruh wilayah Jabodetabek. Namun, diakuinya, tanggul Situ Gintung yang usianya sudah 86 tahun itu tidak direnovasi. Sementara pejabat PU Pengairan Propinsi Banten, Win Maryono, mengutarakan sesuai perintah Menteri PU pintu air Situ Gintung yang jebol akan dibangun kembali. “Besaran anggarannya belum tahu, tetapi yang penting segera diperbaiki dahulu.”

Menanggapi peristiwa ini, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, mengatakan pihaknya telah menugaskan tim pengaman bendung untuk mengevaluasi kondisi seluruh situ yang ada di kawasan Jabodetabek.

“Jumlah situ yang berada Jabodetabek mencapai lebih dari 200 buah,” kata menteri usai meninjau Situ Gintung kemarin.

Djoko menegaskan tidak ada persoalan terkait dana penanganan darurat maupun permanen. “Departemen PU mempunyai cukup dana untuk melakukan kedua hal tersebut,” jelasnya.

Menurut Kepala Balai Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane Provinsi Banten, Djoko Suryanto, Situ Gintung tahun 2008 termasuk dari 11 situ yang direhabilitasi. Hanya saja, dalam skala kecil berupa perkuatan tepi situ, sebagai pengamanan dari longsor.

Menurutnya, Situ Gintung ini sedikit berbeda dengan kebanyakan situ-situ yang ada di Jabodetabek. Bedanya situ-situ lain tidak didesain sebagai bendungan, melainkan hanya tempat penampung air.

Perbaikan darurat terhadap jebolnya Situ Gintung dilakukan dengan menggunakan bronjong dan karung pasir. Sedangkan perbaikan permanen diperkirakan akan selesai dalam waktu satu tahun. “Saat ini karung-karung pasir dan bronjong sudah ada di lapangan, upaya penanganan darurat akan mulai dilakukan hari ini juga,” kata Djoko Kirmanto.

BAGAIKAN TSUNAMI DI ACEH
Musibah jebolnya tanggul Situ Gintung digambarkan warga bagaikan tsunami kecil. “Saya merasa seperti tsunami di Aceh saja,” kata Ny. Kardiah, 40, warga Poncol.

Wanita ini mengaku saat air bah meluluhlantakkan rumahnya, ia baru saja menunaikan salat subuh. “Habis salat saya bikin nasi goreng buat sarapan anak. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh keras sekali.”

Ia sambil menggandeng anaknya lalu berlari menyelamatkan diri. Dari tempat yang lebih tinggi ia melihat arus air sangat deras dan tingginya mencapai 3 meter langsung menyapu apa saja yang ada di depannya.

Terjangan ratusan juta kubik air itu bahkan langsung meruntuhkan rumah bertingkat 2 milik Mulyadi yang berjarak 50 meter dari Situ Gintung. Selanjutnya ratusan rumah di RT01, 02, 03, dan 04 di RW 08 Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, yang berada di bawah situ sepanjang 2 kilo meter lebih itu tersapu begitu saja bagaikan sampah sungai.

TK Paud Muhammadiyah, Kampus STIE Ahmad Dahlan dan gedung rektorat dan sejumlah fakultas di Universitas Muhammadiyah juga diobrak-abrik oleh derasnya air bah termasuk rumah-rumah mewah di kompleks Cirendeu Permai, Perumahan Permata Hill dan Cirendeu Elok.

Teriakan minta tolong yang memilukan pun menggema bersamaan dengan menerobosnya air ke rumah-rumah penduduk. Setengah jam kemudian, ketika matahari mulai menampakkan sinarnya, barulah terlihat pemandangan yang menyedihkan.

Mayat-mayat terlihat nyangkut di pepohonan dan tertimpa reruntuhan rumah. Mobil dan motor terbawa arus hingga ratusan meter dan nyangsang di berbagai tempat seperti pohon atau atap rumah warga. Ratusan warga terlihat panik dan berlarian meyelamatkan diri.

Di antara puing-puing bangunan dan lumpur serta batu yang berserakan itu, dua buah mesjid yakni Attaqwa, Al Muhajirin, dan satu musala Nurul Iman ternyata masih berdiri kokoh.

Kerugian akibat musibah ini diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Korban yang meninggal dunia hingga pukul 21:00 tercatat 58 orang, 170 luka-luka dan puluhan orang masih dalam pencarian.

“Bagi warga yang rumahnya rusak akan diberi bantuan dana oleh pemerintah pusat. Untuk rumah permanen Rp30 juta dan rumah semi permanen Rp15 juta. Kita akan data dulu,” kata Walikota Tangerang Selatan HM Shaleh.

KRONOLOGI KEJADIAN
o Pukul 14:00 – 18:00 Kamis (26/3) hujan deras mengguyur sekitar lokasi

o Pukul 19:00 air mulai naik memenuhi situ

o Menjelang malam, debet melimpasi tanggul

o Pukul 00:00 tanggul mulai tergerus dan retak

o Pukul 03:00 tanggul jebol, jembatan penahan ambrol. Sekitar satu juta meter kubik air bah dari Situ Gintung menerjang ratusan bangunan yang ada di bawahnya.

http://acehlong.com/2009/03/28/situ-gintung-jebol-pemerintah-digugat/

Penyebab Jebolnya Tanggul Situ Gintung

Penyebab jebolnya tanggul Situ Gintung masih menjadi misteri. Menurut hasil wawancara reportase tvone, bencana jebolnya tanggul Situ Gintung tersebut merupakan bencana alam. Meski begitu sang reporter mendesak dengan mengatakan bahwa hancurnya tanggul Situ Gintung pasti tidak terjadi hanya dalam semalam saja. Benarkah merupakan bencana?

Penyebab jebolnya tanggul Situ Gintung, Cireundeu, Tangerang, Banten dikarenakan tingginya curah Hujan, yang menyebabkan permukaan air situ naik dan melimpas tanggul. Penyebab tersebut dijelaskan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane Sutoyo Subandrio Pitoyo saat menemani Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) di lokasi jebolnya tanggul.

“Saat hujan kemarin begitu besar, terjadi kenaikan muka air. Sehingga air naik dan terjadi limpasan di atas tubuh bendungan. Sehingga tergerus dan longsor. Tanggul manapun pasti akan jebol kalau terjadi pelimpasan,” jelas Sutoyo. Dia menambahkan, volume air situ yang melimpas tanggul sebanyak 1 juta meter kubik air dari situ yang seluas 21 hektar

Tidak hanya manusia yang menjadi korban dalam tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung, ratusan rumah dan mobil mewah Di Perumahan Cirendeu Permai juga terendam banjir bercampur lumpur. Warga terkejut karena air masuk dengan cepat hingga mencapai ketinggian tiga meter. Bahkan, banyak warga yang terjebak di rumah. Evakuasi terus dilakukan tim gabungan TNI-Polri. Sementara warga mengaku pasrah.

Warga yang selamat mengatakan bahwa musibah tersebut merupakan Tsunami.

Pemerintah akui kurang memperhatinkan perawatan tanggul buatan jaman Belanda ini, DPU hanya melakukan renovasi secukupnya ditambah lagi padatnya perumahan penduduk disekitar tanggul yang mempengaruhi kekuatan tanah

http://gugling.com/penyebab-jebolnya-tanggul-situ-gintung.html

Tanggul Situ Gintung Jebol, Enam Orang Dilaporkan Tewas

Jum'at, 27 Maret 2009 | 09:04 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Sedikitnya enam warga di sekitar kawasan Cirendeu dilaporkan tewas akibat banjir dari jebolnya tanggul danau Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan, sejak Jumat (27/3) dini hari tadi.

''Di perumahan Cirendeu Permai sini saja ada satu orang,'' kata Saidi, Petugas keamanan setempat pagi ini.

Menurut Saidi, air bah tiba-tiba menerjang puluhan rumah di sekitar Situ Gintung. ''Di perumahan Cirendeu, air langsung setinggi dada,'' katanya. Sekitar 130 rumah di perumahan elite tersebut tenggelam.

Pantauan Tempo, ratusan warga perumahan Cirendeu terlihat berkumpul di dekat pintu masuk kempleks. Puluhan petugas satuan polisi pamong praja dan tim SAR sibuk mengevakuasi warga sekitar. Beberapa perahu karet dikerahkan untuk evakuasi.

Jalanan selebar tujuh meter di perumahan tersebut berubah menjadi sungai dengan air berwarna cokelat. Sebuah mobil terlihat hanyut terbawa derasnya arus. Berbagai perabotan rumah tangga bergantian terbawa aliran banjir.

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2009/03/27/brk,20090327-166776,id.html

Jebolnya Tanggul Situ Gintung Seharusnya Tak Terjadi

JAKARTA - Jebolnya tanggul Situ Gintung pada Jumat dini hari seharusnya tidak terjadi, jika pemerintah daerah maupun provinsi dapat melakukan evaluasi dan perhatian yang cukup.

"Dengan umur yang sudah sangat tua, sudah selayaknya Situ Gintung mendapat perhatian yang cukup. Bukan hanya sebatas faktor kapasitas dan kualitas air yang mengisi Situ tersebut, tetapi juga menyangkut kestabilan badan tanggulnya," kata Ketua Divisi Geologi Rekayasa-Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Imam A Sadisun kepada okezone di Jakarta, Selasa (31/3/2009).

Dia menambahkan, potensi keruntuhan badan tanggul seharusnya dapat diidentifikasi secara dini. Selain melakukan evaluasi terhadap tingkat keamanan tanggu, metode lain yaitu dengan melakukan pemantauan atau monitoring.

"Gejala-gejala adanya ketidakstabilan lereng bendungan umunya dapat dipantau secara visual. Ciri-ciri umum yang sering dijumpai adalah adanya rembesan atau bahkan mata air di bagian sisi hilir kaki tanggul secara liar. Mata air ini lambat laun bisa berkembang," tegasnya.

"Karena dengan aliran air yang semakin kuat (misalnya adanya kenaikan gradient hidrolis), akan mengakibatkan proses erosi bawah permukaan terjadi," tuturnya.

Dengan berkembangnya kawasan pemukiman yang relatif padat di bagian hilir tanggul Situ Gintung, lanjut Imam, sangat disayangkan jebolnya Situ ini bisa terjadi.

"Seiring dengan semakin berkembangnya teknik instrumentasi, bukan tidak mungkin untuk memasang alat pantau di setiap tanggul atau bendungan. Dari jenis alat pantau yang hanya digunakan untuk mengukur perubahan level genangan air saja, hingga jenis alat pantau yang dapat mendeteksi adanya pergeseran pada permukaan ataupun di dalam tubuh tanggul. Bahkan hampir seluruh alat pantau tersebut saat ini sudah dapat dikontrol dari jauh secara real time," paparnya.

http://news.id.msn.com/local/okezone/article.aspx?cp-documentid=2992901


0 Comments:

Post a Comment