Thursday, October 8, 2009
Pertimbangan utama kasus ini adalah memilih cara terbaik bagi M & S untuk masuk ke pasar eceran AS, agar tidak mengulang kegagalan untuk kedua kalinya yang dilakukan M & S pada saat di Kanada. Pada saat di Kanada M & S tidak melakukan update terhadap trend pasar, tidak mengikuti perubahan konsumen karena M & S merasa konsumen membutuhkan dia.
Karena adanya kompetitor lain yang produknya lebih variatif dan lebih mengikuti kemauan pasar, maka pada saat inilah M & S jatuh eksistensinya.
- Apakah strategi yang M & S gunakan harus disesuaikan, jika iya apakah mereka akan sukses dan apa strateginya?
Jawab :
- Strategi tentu saja harus disesuaikan dengan keadaan pasar di Amerika, jika M & S menjalani strategi dengan baik maka kemungkinan besar M & S dapat sukses di pasar Amerika. Yaitu adalah dengan membuat brand baru yang meliputi kerja sama dengan designer lokal (designer dari Amerika). Karena adanya kerja sama dengan designer diharapkan M & S dapat meraih kembali konsumernya, dengan mengeluarkan produk yang lebih bervariasi. Misalnya pakaian wanita sampai pakaian dalam wanita. Dengan membuat variasi produk ini, dapat di jadikan tes pasar, kalau memang terdapat kemajuan yang menjanjikan beberapa tahun ke depan, kemungkinan untuk membuka beberapa counter dapat dipertimbangkan.
- Rute terbaik manakah yang seharusnya diambil M & S, waralaba, akuisisi atau membangun toko dari awal?
- Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti pengambil alihan.
- Waralaba atau Franchising (dari bahasa Prancis untuk kejujuran atau kebebasanadalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melak
Jawab :
Akan tetapi kami lebih memilih untuk membuka toko dari awal. Memang memerlukan dana yang besar tetapi semuanya akan ada perhitungannya dimana kami berusaha untuk meminimalisasikan resiko – resiko yang mungkin akan terjadi. Mengingat kami akan menelusuri pasar AS dengan cermat dan kemudian membuka sebuah brand baru yang di back-up oleh M & S dimana produk-prosuk yang akan dijual sesuai dengan selera masyarakatnya, selain itu untuk perlahan-lahan meningkatkan eksistensi brand daripada M & S itu sendiri.
- Nama apa yang akan M & S gunakan di pasar AS?
Jawab :
Nama yang akan digunakan ialah nama baru misalnya “CLOCO by Marks & Spencer”. Karena jika M & S masuk dengan nama yang sama, para konsumen menganggap bahwa itu hal yang biasa dan bahkan cenderung tidak diminiti, mengingat M & S sudah lama dikenal banyak orang dan kegagalan yang dialami M & S di Kanada juga dapat mempengaruhi. Tetapi pendapat kami kita akan tetap menyandang brand “by Marks & Spencer” untuk menarik konsumen akan lebih mengundang rasa penasaran terhadap brand baru ini. Untuk menambah keyakinan para konsumen akan brand baru ini, maka kami mengajak fashion designer ternama di AS untuk bekerja sama dengan kami. Mengingat kultur AS yang pasti memiliki perbedaan dengan Negara-negara lainnya, jadi peran seorang fashion designer amat dibutuhkan oleh M & S untuk menyesuaikan kultur berpakaian dari masayarakat AS itu sendiri.
- Bagaimana perbandingan pelanggan AS dengan pelanggan Inggris?
Jawab :
Masyarakat AS hidup dari shopping dan credit, menurut Ka Tino kondisi ekonomi masyarakat Amerika bergantung dari retail business sekitar 60% sampai70%. Jadi uang yang beredar dari shopping itu penting karena di Amerika sales tax tinggi dan itu merupakan salah satu income yang paling besar buat negara. Selain itu, karena middle class sebagai mayoritas dari penduduknya, Amerika mempunyai buying power karena penduduknya lebih dari 70% mempunyai pekerjaan yang stabil dan standard hidup yang cukup tinggi dibandingkan dengan Indonesia.
Kebiasaan masyarakat UK pun tak jauh dengan AS, mereka cenderung bergantung pada kartu kredit. Menurut penelitian masyarakat UK yang mengidap ‘shopaholic’ tingkat tinggi 8% didominasi kaum dewasa. Dan sebagian besar penyebabnya adalah karena mereka punya masalah dengan spiritual emptiness mereka. Kerap kali mereka merasa tidak percaya diri dan depresi. Sehingga berbelanja merupakan cara mereka melepas penat. Namun, kebiasaan belanja yang berlebihanpun kerap kali menguras kantong mereka sehingga ada kasus dimana seorang ‘shopaholic’ harus kehilangan rumahnya demi membayar tagihan kartu kreditnya.
Labels: International Marketing, Semester 2